Jumat, 15 Desember 2017

game petualangan kursor

hai sobat......!!!!!!

malsa main game karna harus download app yang ribetnya minta ampun, ayooo coba game yang satu ini, mudah praktis dan tidak ribet ribet download appnya...
cukup dengan power point saja....
buruan download di link di bawah ini

petualangan kursor

 Hasil gambar untuk gambar kursor

terima kasih sudah mengunjungi dan download game petualang kursornya
selamat bermain yang sudah download

jika ada dari teman teman mempunyai ide mengenai jalur/jalan yang akan ditempuh oleh kursor bisa masukkan dalam kolom komentar.


kritik dan sarannya saya tunggu, guna untuk menyempurnakan game petualangan kursor ini. 

Sabtu, 09 Desember 2017

Hipotesis

Uji Hipotesis: Uji Parsial atau Uji t Dengan Menggunakan SPSS 20

pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan cara sederhana bagaimana cara melakukan uji hipotesis dengan uji parsial (uji t) dalam analisis regresi linear berganda menggunakan bantuan sofware SPSS versi 20. Saya yakin anda akan dapat melakukan uji ini jika anda cermat dan benar-benar menyimak atau memerhatikan apa yang saya lakukan.

Uji parsial atau disebut juga uji t dalam analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara parsial (sendiri-sendiri/masing-masing variabel) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Namun, jika yang ingin diketahui adalah pengaruh variabel bebas (X) secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat (Y) maka hal ini disebut dengan uji F.
    Dasar Cara Melihat t tabel 
    Untuk meliat t tabel dalam pengujian hipotesis pada model regresi, perlu menentukan derajat bebas atau degree of freedom  dan hal ini ditentukan dengan rumus :

              Df = n - k
    • Dimana n = Banyaknya observasi dalam kurun waktu data.
    • Dimana k = Banyaknya variabel (bebas dan terikat).
    Pada analisis regresi digunakan probabilitas 2 sisi, misalnya dicari nilai tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k atau 10-3 = 7 (n adalah jumlah kurun waktu pada observasi dan k adalah jumlah variabel). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,364.

    Tabel distribusi t


    Dasar Pengambilan Keputusan Untuk Uji t (Parsial) Dalam Analisis Regresi
    Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel :
    • Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).
    • Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variael terikat (Y).
    Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS
    • Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
    • Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
    Ada beberapa langkah yang harus anda lakukan untuk mempraktekan uji t atau uji parsial ini, berikut langkah-langkah yang harus anda lakukan :

    Langkah-langkahnya:

    • Buka data yang ingin anda uji !

    Lalu pilih menu dari SPSS, klik Analyze, kemudian klik Regresion pada submenu, lalu klik linear.
    • Pada kotak Dependent, isikan variabel Y (PAD) dan pada kotak Independent isikan variabel X1, X2 (Pajak Daerah, Retribusi Daerah).

    • Selanjutnya abaikan yang lain dan kemudian klik Ok.
    • Tampilan hasil output SPSS.


    Interpretasi Output
    Berdasarkan hasil output SPSS di atas kita dapat melihat dimana nilai t hitung variabel X1 lebih besar dari pada nilai t tabel (4,956 > 2,364) dengan tingkat signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,0002 dan t hitung variabel X2 lebih besar dari pada nilai t tabel (5,325 > 2,364) dengan tingkat signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,001. Berdasarkan cara pengambilan keputusan uji parsial dalam analisis regresi dapat disimpulkan sebagai berikut:
    • Variabel pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.
    • Variabel retribusi daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.

    Uji Hipotesis Beda Rata-rata Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test)
    Dua sampel berpasangan artinya sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Uji perbedaan rata-rata dua sampel berpasangan atau uji paired sample t test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean untuk dua sampel bebas (independen) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud berpasangan adalah data pada sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari data sampel pertama atau dengan kata lain sebuah sampel dengan subjek sama mengalami dua perlakuan.
    Contoh kasus.
    Pengujian produktivitas padi (kwintal) yang diberi dua jenis pupuk. Plot
    Pupuk A
    Pupuk B
    1
    7
    8
    2
    6
    6
    3
    5
    7
    4
    6
    8
    5
    5
    6
    6
    4
    6
    7
    4
    7
    8
    6
    7
    9
    6
    8
    10
    7
    7
    11
    6
    6
    12
    5
    7
    Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan. Hipotesis yang akan diuji diberi symbol Ho (hipotesis nol) dan langsung disertai Ha (hipotesis alternatif). Ha akan secara otomatis diterima, apabila Ho ditolak.
    A. Uji Hipotesis Rata-Rata Sampel Tunggal (One Sample t Test)

    Uji rata-rata satu sampel atau sering di kenal sebagai uji one sample t test berguna untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata populasi yang digunakan sebagai pembading dengan rata-rata sebuah sampel. Dari hasil uji ini akan diketahui apakah rata-rata populasi yang digunakan sebagai pembanding berbeda nyata secara signifikan dengan rata-rata sebuah sampel, jika ada perbedaan rata-rata manakah yang lebih tinggi.
    Rumusan hipotesis
     , untuk menguji apakah rata-rata sample μ sama dengan rata-rata μo yang diberikan. o o : H   
     , untuk menguji apakah rata-rata sample μ lebih dari rata-rata μo yang diberikan. o a : H   
     , untuk menguji apakah rata-rata sample μ kurang dari rata-rata μo yang diberikan. o a : H   

    Kasus untuk sampel kecil
    Sebuah asrama putri menyatakan bahwa menerima rata-rata 6 orang mahasiswa selama 2 tahun terakhir. Uji pernyataan tersebut pada taraf α = 0,05 jika diketahui data penerimaan mahasiswi selama 24 bulan bulan terakhir adalah sebagai berikut (nama variable kost):
    7 5 7 6 5 3 8 4
    8 8 3 4 7 7 5 6
    6 4 5 8 4 6 7 5 46
    penyelesaian:
    Kasus diatas terdiri atas satu sample yang akan dipakai dengan nilai populasi hipotesis 6 orang. Di sini populasi dianggap berdistribusi normal dan karena sample < 30, maka dipakai uji t.
    Langkah-langkah:
    1. Klik menu Analyze → Compare-Means → One Sample T test…

    Maka tampak dilayar:
    2. Masukkan variable kost ke kotak Test Variable(s).
    3. Untuk nilai yang akan diuji, isi angka 6 di kotak Test Value.
    4. Klik tombol Options… untuk mengganti tingkat kepercayaan (Confidence Interval), gunakan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian OK.

    Akan muncul output:
    One-Sample Statistics N
    Mean
    Std. Deviation
    Std. Error Mean
    KOST
    24
    5.75
    1.595
    .326






    Statistik Deskriptif


     Statistik selalu digunakan ketika parameter yang menggambarkan karakteristik populasi tidak diketahui. Statistik akan mengambil sebagian (kecil) dari populasi untuk dilakukan pengukuran, kemudian hasil pengukuran tersebut dijadikan sebagai kesimpulan terhadap keseluruhan populasi. Sebagian (kecil) dari populasi tersebut dinamakan sampel. Ibarat kita ingin mengetahui rasa sepanci sayur asam, kita tidak perlu menenggak satu panci tapi cukup mencicipinya sebanyak satu sendok.

    Terdapat dua jenis statistik yang digunakan ketika penelitian, yaitu: statistik deskriptif (descriptive statistics) dan statistik inferensi (inferential statistics). Statistik deskriptif hanya menggambarkan data atau seperti apa data ditunjukkan, sementara statistik inferensi mencoba untuk mencapai kesimpulan (bersifat induktif) dari data dengan kondisi yang lebih umum (Trochim, 2006), misal: point estimation, confidence interval estimation, hypothesis testing.

    Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan statistik (mean, median, modus, standar deviasi, etc), distribusi, dan representasi bergambar (grafik), tanpa rumus probabilistik apapun (Walpole, 1993; Correa-Prisant, 2000; Dodge, 2006). Pada SPSS, analisis statistik deskriptif dilakukan dengan meng-klik menu Klik [Analyze] -> [Descriptive Statistics], kemudian terdapat pilihan: Frequencies, Descriptives, Explore, Crosstabs, dan Ratio. Dalam penelitian-penelitian, perintah-perintah ini sering diabaikan karena memang dalam beberapa fungsi analisis lain sudah otomatis tercantum analisis deskriptifnya.

    Dengan data sebagaimana ditunjukkan Tabel 1 di bawah ini, kita akan mempraktekkan operasi submenu Frequencies, Descriptives, Explore, dan Crosstabs. Fungsi Ratio tidak akan dibahas karena bagi saya; yang belajar di SPSS 11, ini tergolong baru , fasilitas Ratio mulai diperkenalkan pada SPSS versi 11.5, pada dasarnya berfungsi menyediakan ringkasan statistik yang berupa rasio-rasio.


    Tabel 1
    Data Nilai Mahasiswa (bukan data sebenarnya)

    Nama Usia Jenis Kelamin Nilai APK Nilai PPC Nilai PLO
    Suhairi 20 Laki-Laki 80 50 70
    Ambon 21 Laki-Laki 70 70 90
    Astri 22 Perempuan 60 80 70
    Henri 21 Laki-Laki 80 90 60
    Yugos 22 Laki-Laki 90 60 70
    Muji 19 Perempuan 70 80 80
    Tatang 20 Laki-Laki 60 70 40
    Ferdi 21 Laki-Laki 60 90 60
    Arsyad 21 Laki-Laki 70 70 40
    Fauzan 21 Laki-Laki 90 80 60


    *) Laki-Laki (Value: 1), Perempuan (Value: 2)

    Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meng-entry data, tentunya anda perlu paham dasar-dasar SPSS (silahkan baca posting sebelumnya yang berjudul: Dasar-Dasar SPSS). Entry data dilakukan pada tab sheet Data View setiap baris mewakili satu responden, sedangkan setiap kolom mewakili satu variabel, dalam kasus ini variabelnya adalah: Nama, Usia, Jenis Kelamin, Nilai APK, Nilai PPC, dan Nilai PLO. Berikut langkah-langkah entry datanya:
    Masukkan variabel: Nama untuk “Nama”, Usia untuk “Usia”, Gender untuk “Jenis Kelamin”, APK untuk “Nilai APK”, PPC untuk “Nilai PPC”, dan PLO untuk “Nilai PLO” pada kolom Name pada tab sheet [Variable View].
    Berilah label untuk masing-masing variabel dengan menuliskannya pada kolom Label: Usia, Jenis Kelamin, Nilai APK, Nilai PPC, dan Nilai PLO. Hal ini berarti: variabel Gender mempunyai label “Jenis Kelamin”, variabel APK mempunyai label “Nilai APK”, dan seterusnya.
    Untuk variabel Gender pada kolom Values, definisikan Value: 1 = Laki-laki dan Value: 2 = Perempuan.
    Untuk variabel Nama (baris pertama ) pada kolom Type, ubah tipe data menjadi String.
    Pada kolom Decimals isi nol untuk semua variabel.
    Untuk kolom lainnya seperti Width, Missing, dan Columns biarkan tetap default SPSS.
    Jangan lupa ”save” atau tekan Ctrl + S. Secara default SPSS akan memberi nama file: data_1.sav, saya merubah nama file menjadi eRiskProject_1.sav.




    Gambar 1. Entry Variabel pada Tab Sheet Variable View
    Kemudian klik tab sheet [Data View] dan mulailah meng-entry data seperti yang diperlihatkan Gambar 2 di bawah ini.




    Gambar 2. Entry Data pada Tab Sheet Data View
    Untuk melihat hasil definisi Value pada variabel Gender, klik ikon , variabel Gender akan terdefinisi menjadi laki-laki dan perempuan, tidak lagi berisi angka 1 dan 2.
    Selanjutnya, kita ingin menjumlahkan nilai APK, PPC, dan PLO, Klik menu [Transform] –> [Compute], muncul dialog box Compute Variable.
    Buatlah variabel baru dengan nama “total” untuk menempatkan hasil penjumlahan nilai APK, PPC, dan PLO, caranya: tuliskan “total” pada form Target Variable. Kemudian Klik [Type & Label], beri label “Nilai Total“.
    Ketik “APK + PPC + PLO” (sesuai nama variabel dan perintah penjumlahan ) pada form Numeric Expression. Anda juga dapat menggunakan tombol-tombol yang tersedia pada dialog box, lihat Gambar 3.




    Gambar 3. Contoh Perintah Penjumlahan pada Dialog Box Compute Variable
    Klik [OK]. Pada Data View akan muncul variabel baru dengan nama “Total” (lihat Gambar 4).




    Gambar 4. Output dari Perintah Penjumlahan pada Dialog Box Compute Variable

    Setelah data di-entry, selanjutnya memulai menggunakan perintah-perintah statistik deskriptif. Tahap pertama adalah menggunakan perintah Frequencies.
    1. Frequencies

    Perintah Frequencies digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
    Klik menu [Analyze] -> [Descriptive Statistics] -> [Frequencies].
    Muncul dialog box Frequencies. Klik “Jenis Kelamin [Gender]” ‐> klik , (untuk memasukkan variabel Jenis Kelamin ke form Variables(s). Kita akan menganalisis variabel Jenis Kelamin.
    Jangan lupa centang Display frequency tables.




    Gambar 5. Dialog Box Frequencies
    Agar menampilkan representasi bergambar (grafik), klik [Charts], maka akan muncul dialog box Frequencies: Charts. Saya memilih Bar charts pada form Chart Type. Pada form Chart Values , saya memilih Percentages (Lihat Gambar 6).




    Gambar 6. Menampilkan Bar Charts pada Dialog Box Frequencies: Charts
    Kemudian klik [Continues] untuk kembali ke dialog box Frequencies lalu klik [OK] maka muncul jendela SPSS Viewer yang menunjukkan hasil analisis frekuensi (lihat Gambar 7).





    a) Sebelah kiri adalah Outline view dalam bentuk tree files, fungsinya sebagai navigasi dalam melihat outputanalisis.

    b) Sebelah kanan adalah Display output, fungsinya menampilkan seluruh hasil analisis yang telah kita lakukan.


    Gambar 7. Display Output pada SPSS Viewer

    Pada Gambar 7 terlihat hasil analisis SPSS, di mana pada tabel pertama N Valid = 10 yang menunjukkan jumlah responden 10 orang dan N Missing = 0 yang berarti tidak ada data yang hilang (missing). Pada tabel yang kedua terlihat hasil analisis Frequencies terhadap variabel Jenis Kelamin, di mana jumlah responden laki-laki 8 orang (80%) dan responden perempuan ada 2 orang (20%). Jika scroll digeser ke bawah akan terlihat Bar Chart (lihat Gambar 8) yang menunjukkan visualisasi jumlah responden laki-laki dan perempuan.




    Gambar 8. Bar Chart

    Perhatikan kriteria “laki-laki” dan “perempuan“, ini merupakan hasil definisi value variabel Gender pada kolom Values, di mana Value: 1 = Laki-laki dan Value: 2 = Perempuan. Jika definisi value diabaikan maka pada bar chart maupun tabel analisis yang terlihat bukan laki-laki dan perempuan melainkan 1 dan 2. Begitu juga judul tabel dan judul histogram: “jenis kelamin“, ini merupakan hasil dari proses label yang telah kita lakukan untuk variabel Gender. Fungsi label ini bermanfaat untuk para pembaca analisis, misal penguji pada sidang Tugas Akhir / Skripsi. Selanjutnya adalah penggunaan perintah Descriptives.
    2. Descriptives

    Dengan menggunakan data sebelumnya langkah-langkah perintah Descriptives adalah sebagai berikut:
    Klik menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Descriptives].
    Muncul dialog box Descriptives. Masukkan variabel yang akan dianalisis ke form Variables(s). Untuk melakukan setting optional klik [Options].
    Muncul dialog box Descriptives: Options. Centang analisis yang diperlukan. Dalam hal ini pilihannya adalah: Mean, Std. deviation, Minimum, Maximum, Kurtosis, Skewness, dan pada form Display Order centang Variable list.




    Gambar 9. Langkah-Langkah Descriptives Statistics
    Klik [Continue] dan [OK]. Hasil analisis akan terlihat seperti tabel yang ditunjukkan Gambar 10 di bawah ini:




    Gambar 10. Output Descriptives

    Tabel output di atas menunjukkan jumlah pengukuran (N), nilai minimum (Minimum), nilai maksimum (Maximum), nilai rata-rata (Mean), standar deviasi (Std.), Skewness, dan Kurtosis dari masing-masing variabel. Nilai skewness merupakan ukuran kesimetrisan histogram, sedangkan kurtosis merupakan ukuran datar atau runcingnya histogram. Idealnya nilai skewness dan kurtosis pada distribusi normal adalah nol. Oleh karena itu:
    Jika nilai skewness positif maka distribusi data “miring ke kiri distribusi normal” (ada frekuensi nilai yang tinggi di sebelah kiri titik tengah distribusi normal), sebaliknya apabila skewness negatif maka distribusi data ”miring ke kanan distribusi normal” (kiri bagi kita yang melihatnya).
    Jika nilai kurtosis positif maka distribusi data “meruncing” (ada satu nilai yang mendominasi), sebaliknya apabila Kurtosis Negatif maka distribusi data “melandai” (varians besar).

    Perhatikan Gambar 10 di atas, variabel Usia memiliki skewness negatif dan kurtosis positif, artinya distribusinya “miring ke kiri distribusi normal” dan “meruncing”. Pada variabel nilai APK, nilai skewness positif dan nilai kurtosis negatif, artinya distribusinya “miring ke kanan distribusi normal” dan “melandai”. Sebagai pembuktian, buat histogram untuk variabel Usia dan Nilai APK. Berikut caranya:
    Klik menu [Graphs] -> [Histogram], maka muncul dialog boxHistogram.
    Pilih variabel Usia dan masukkan dalam form Variable.
    Centang Display normal curve, untuk memperlihatkan kurva normal.
    Selanjutnya klik [OK].

    Lakukan langkah yang sama untuk variabel nilai APK. Hasilnya bisa dilihat pada Gambar 12.




    Gambar 11. Menampilkan Histogram bersama Kurva Normal




    Gambar 12. Analisis Skewness dan Kurtosis pada Histogram

    Gambar 12 di atas menunjukkan histogram untuk variabel Usia memiliki distribusi “miring ke kiri distribusi normal” karena nilainya skewness negatif dan “meruncing” karena nilai kurtosis positif. Sebaliknya, histogram untuk variabel Nilai APK memiliki distribusi “miring ke kanan distribusi normal” karena nilainya skewness positif dan “melandai” karena nilai kurtosis negatif. Di sini, anda bisa menentukan apakah distribusi tersebut normal atau tidak. Anda bisa saja menyatakan normal, karena menyerupai bentuk lonceng tetapi agak serong, tapi orang lain mungkin akan menyatakan tidak normal karena jauh dari bentuk lonceng. Jika sulit mengambil keputusan, silahkan lakukan pengujian normalitas yang lebih advance, misal dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya, kita masuk pada penggunaan perintah Explore.
    3. Explore

    Perintah Explore digunakan untuk membandingkan antara dua atau lebih kelompok dengan satu variabel. Sebagai contoh, jika kita menggunakan Jenis Kelamin sebagai variabel independen; variabel ini mendefinisikan kelompok (Laki-Laki dan Perempuan), kemudian membandingkannya dengan variabel lain, seperti Usia. Perintah Explore; contoh dalam kasus mean, akan menghasilkan berapa rata-rata usia laki-laki dan berapa rata-rata usia perempuan. Ukuran-ukuran yang dihasilkan perintah Explore antara lain: ukuran-ukuran pemusatan data (mean dan median), ukuran penyebaran (range, interquartile range, standar deviasi, varians, minimum, dan maksimum), ukuran kurtosis, dan skewness.

    Berikut langkah-langkah perintah Explore:
    Klik menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Explore].
    Muncul dialog box Explore.
    form Factor List, isi: variabel Jenis Kelamin.
    form Dependent List, isi: variabel Usia, Nilai APK, Nilai PPC, Nilai PLO, dan Nilai Total.
    Form Display ada tiga pilihan Both, Statistics, dan Plots. Saya hanya memilih [Statistics].
    Klik [Plots] bila perlu grafik boxplot.
    Klik [Statistics] bila tidak perlu grafik boxplot.
    Klik [Both] bila perlu keduanya.
    Terakhir klik [OK].




    Gambar 13. Dialog Box Explore




    Gambar 14. Contoh Output Explore untuk Variabel Usia

    Selanjutnya, kita masuk pada penggunaan perintah Crosstabs.
    4. Crosstabs

    Jika perintah Frequencies digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal, perintah Crosstabs digunakan untuk memperoleh jumlah pada nilai-nilai lebih dari satu variabel. Apabila analisis statistik deskriptif sebelumnya mengolah data secara keseluruhan dalam setiap variabel dengan menghitung perhitungan statistik seperti Mean, Standar deviasi, Kurtosis, etc. Pada Crosstabs, setiap nilai pada variabel yang dianalisis dijabarkan jumlahnya, dengan begitu kita dapat mengetahui berapa jumlah subyek laki-laki yang berusia 19 tahun, 20 tahun, dst. Deskripsi data pada Crosstabs akan disajikan dalam bentuk tabel silang (crosstab) yang terdiri dari baris dan kolom.

    Berikut langkah-langkah perintah Crosstabs:
    Klik menu [Analyze] -> [Descriptives Statistics] -> [Crosstabs].
    Muncul dialog box Crosstabs.
    form Column(s), isi: variabel Jenis Kelamin.
    form Row(s), isi dengan variabel yang akan dianalisis, dalam hal ini isi dengan variabel Usia.




    Gambar 15. Dialog Box Crosstabs
    Klik pilihan [Display clustered bar charts], pilihan ini untuk menampilkan chart bar dari output.
    Untuk dialog box [Statistics], [Cells], dan [Format] biarkan sesuai dengan default SPSS.
    Terakhir klik [OK].




    Gambar 16. Output Crosstabs




    Gambar 17. Clustered Bar Charts

    Statistik deskriptif memberikan informasi inti dari kumpulan data, seperti ukuran-ukuran pemusatan data (mean dan median), ukuran penyebaran (range, interquartile range, standar deviasi, varians, minimum, dan maksimum), ukuran kurtosis, dan skewness serta representasi piktorialnya. Tabel, diagram, dan grafik yang sering ditemukan di majalah dan koran-koran merupakan salah satu contoh penggunaan statistik deskriptif.

    Statistik distribusi frekuensi


    Distribusi Frekuensi
    A. Definisi dan Bentuk Distribusi Frekuensi 
    Distribusi Frekuensi adalah pengelompokkan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori. Distribusi frekuensi adalah susunan data dalam bentuk tunggal atau kelompok menurut kelas-kelas tertentu dalam sebuah daftar.
    Menurut Hasan, distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas tertentu (2005: 41). Sedangkan menurut Suharyadi dan Purwanto, distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori (2003: 25).
    Tujuan distribusi frekuensi ini, yaitu :
    Memudahkan dalam penyajian data, mudah dipahami, dan dibaca sebagai bahan informasi.
    Memudahkan dalam menganalisa/menghitung data, membuat tabel, grafik.
    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan distribusi frekuensi :

    1. Untuk dapat menyusun suatu tabel distribusi frekuensi harus tersedia data. Data yang baru saja dikumpulkan dari lapangan disebut data kasar.
    Contoh:
    Data masa kerja karyawan UMY adalah sbb:
    1
    2. Data yang telah disusun ke dalam urutan dari nilai terbesar hingga data terkecil atau sebaliknya disebut array data.
    Contoh:
    Data masa kerja 40 karyawan UMY adalah sbb:
    2
    3. Beda atau selisih antara angka terbesar dengan angka terkecil disebut dengan jarak atau range.
    4. Jika array data itu dibagi atas kelompok-kelompok tertentu maka kelompok-kelompok itu disebut dengan kelas.
    5. Bilangan-bilangan yang menyatakan banyaknya data yang terdapat dalam setiap kelas disebut frekuensi.
    6. Jarak antara kelas yang satu dengan kelas yang lain disebut interval kelas.
    Bentuk Umum Tabel Distribusi Frekuensi
    3
    B. Istilah-istilah Dalam Distribusi Frekuensi
    Kelas
    Adalah penggolongan data yang dibatasi oleh nilai terendah dan nilai tertinggi dalam suatu kelas.
    Interval Kelas
    Lebar dari sebuah kelas dan dihitung dari perbedaan antara kedua tepi kelasnya. Contoh :
    65 – 67 –> Interval kelas pertama
    68 – 70 –> Interval kelas kedua
    71 – 73 –> Interval kelas ketiga
    74 – 76 –> Interval kelas keempat
    77 – 79 –> Interval kelas kelima
    80 – 82 –> Interval kelas keenam
    Batas Kelas (class limit)
    Nilai batas tiap kelas dalam sebuah distribusi frekuensi dan dipergunakan sebagai pedoman guna memasukkan angka-angka hasil observasi ke dalam kelas-kelas yang sesuai.
    Batas Kelas Bawah (lower class limit) adalah angka pada kolom kelas yang letaknya disebelah kiri.
    Batas Kelas Atas (upper class limit) adalah angka pada kolom kelas yang letaknya disebelah kanan.
    Tepi Kelas (class boundaries/true limits) :
    1. Tepi Kelas Bawah (lower class bounderis)
    Batas kelas pertama yang benar-benar dimiliki oleh distribusi frekuensi tersebut, yaitu batas kelas bawah dikurangi 1digit dibelakang koma.
    2. Tepi Kelas Bawah (upper class bounderis)
    Batas kelas kedua yang benar-benar dimiliki oleh distribusi frekuensi tersebut, yaitu batas kelas atas ditambah 1digit dibelakang koma.
    Tepi atas = batas atas + 0,5
    Tepi bawah = batas bawah – 0,5
    Lebar kelas
    Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
    Mid Point (titik tengah)
    Rata-rata dari kedua batas kelasnya/kelas limitnya. Titik tengah = 1/2 (batas atas + batas bawah)
    C. Macam-macam Distribusi Frekuensi
    Terdapat dua jenis distribusi frekuensi yaitu:
    1. Distribusi frekuensi numerikal (Numerical frequency distribution)
    Distribusi frekuensi numerikal yaitu distribusi frekuensi yang pembagian kelas-kelasnya berupa angka-angka atau secara kuantitatif. Contoh distribusi frekuensi numerikal yaitu:
    4
    Distribusi Frekuensi Numerikal, dibagi menjadi:
    a. Distribusi Frekuensi Relatif
    Distribusi frekuensi relatif yaitu distribusi frekuensi yang angka-angka frekuensinya tidak dinyatakan dalam angka-angka absolut tetapi angka-angka relatif atau persentase. Contohnya yaitu:
    5
    b. Distribusi Frekuensi Komulatif
    Distribusi frekuensi komulatif terdiri dari dua jenis yaitu :
    1) Distribusi frekuensi “kurang dari”
    Distribusi frekuensi “kurang dari” yaitu distribusi frekuensi yang memasukkan frekuensi kelas-kelas sebelumnya. Contohnya yaitu:
    6
    2) Distribusi frekuensi “atau lebih”
    Distribusi frekuensi “atau lebih” yaitu distribusi frekuensi yang memasukkan frekuensi kelas-kelas sesudahnya. Contohnya yaitu:
    7
    2. Distribusi frekuensi kategoris (Categorical frequency distribution)
    Distribusi frekuensi kategoris yaitu distribusi yang pembagian kelasnya berdasarkan kategori-kategori atau secara kualitatif. Contoh Distribusi frekuensi kategoris yaitu:
    8
    D. Teknik Pembentukan Distribusi Frekuensi
    Ada 2 teknik pembentukan distribusi frekuensi, yaitu:
    1. Trial and error
    2. Melalui tahap-tahap sebagai berikut:
    a. Menentukan banyaknya kelas
    Menentukan banyaknya kelas edapat menggunakan kriterium Sturge
    K = 1 + 3,322 log n
    K = banyaknya kelas yang sedang dicari
    n = banyaknya data
    b. Menentukan besarnya interval kelas (i)
    i = r/k
    r = Jarak atau range
    k = Banyak kelas
    Range = angka terbesar – angka terkecil

    B. Cara membuat statistic distribusi menggunakan spss

    Dari file Latihan distribusi frekuensi, dapat dibuat distribusi frekuensi untuk jenis kelamin dan pendidikan, sedangkan untuk distribusi frekuensi umur dan pendapatan, sebaiknya data dikelompokkan dulu. Untuk menampilkan distribusi frekuensi pada SPSS adalah dengan cara klik menu Analyze Descriptive Statistics → Frequencies. Akan muncul tampilan berikut:
    Gambar 2.1 Tampilan Frequencies.

    Masukkan (pindahkan) variabel jenis kelamin dari kotak sebelah kiri ke kotak sebelah kanan dengan cara klik variabel jenis kelamin di kotak kiri, kemudian klik panah yang menuju ke sebelah kanan. Lakukan hal yang sama untuk variabel pendidikan. Kemudian klik OK. Output dari distribusi frekuensi diberikan sebagai berikut: 15
     
    Tabel pertama memberikan keterangan mengenai variabel yang diolah, yaitu jumlah observasinya dan jumlah observasi missing. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah observasi sebanyak 18 dan tidak ada observasi missing.
    Tabel kedua dan ketiga masing-masingnya memberikan distribusi frekuensi untuk jenis kelamin responden dan pendidikan responden. Tabel distribusi frekuensi menampilkan lima kolom sebagai berikut:
     Kolom pertama: kategori yang difrekuensikan (sebagai contoh pada jenis kelamin adalah pria dan wanita)
     Kolom kedua: frekuensi masing-masing kategori
     Kolom ketiga: persentase frekuensi masing-masing kategori (persentase dihitung dari total observasi termasuk observasi missing)
     Kolom keempat : persentase frekuensi masing-masing kategori tetapi persentase dihitung dengan mengeluarkan observasi missing. (Catatan: berhubung tidak ada observasi missing, baik untuk jenis kelamin maupun pendidikan, maka kolom 3 dan 4 menjadi sama).
     Kolom kelima: Cumulative Percent yaitu persentase kumulatif yang dihitung dari valid percent. Sebagai contoh pada tabel frekuensi pendidikan. Baris pertama adalah 22,2 persen. Pada baris kedua adalah 55,6 persen yang dihitung dari 22,2 + 33,3 (catatan: perbedaan perhitungan karena pembulatan).


    Minggu, 03 Desember 2017

    Pendahuluan dan pengenalan spss

    A.   Pendahuluan

    Aplikasi ilmu statistika dapat dibagi dalam dua bagian:


    1.   Statistik Deskriptif

    Statistik Deskriptif berusaha menjelaskaatau menggambarkaberbagai karakteristik data seperti berapa rata-ratanya, seberapa jauh data-data bervariasi dari rata-ratanya, berapa median data, dan sebagainya.
    2.   Statistik Induktif (Inferensi)

    Statistik Induktif membuat berbagai inferensi terhadap sekumpulan datayang berasal  dar suat sampel Tindaka inferens tersebut  seperti melakukan perkiraan besaran populasi, uji hipotesis, peramalan, dan sebagainya.


    Skala Pengukuran
    Berdasarkan tingka pengukurannya (level of measurement) datastatistik dapat dibedakan dalam empat jenis:

    A). Data Kualitatif, disebut juga data yang buka berupa angka. Pada data initidak bisa dilakukan operasi matematika. Data kualitatif dapat dibagi dua:

    1. Nominal.
    Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa yansatudengan yang lainnya berdasarkan nam(predikat). Skala pengukuranominadigunaka untuk  mengklasifikasi  obyek,  individua ata kelompok dalambentuk kategori dan memberikan angka pada tiap-tiap kategori.
    Pemberian angka atau simbol pada skala nomial tidak memiliki maksud kuantitati hanya menunjukkaada atau tidak adanya atribut atau karakteristik pada objek yang diukur. Misalnya, jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan. Angka ini hanya berfungssebagai label kategori,tanpa memiliki nilai instrinsik dan tidak memiliki artapa pun. Kita tidak bisamengatakan perempuan dua kali dari laki-laki. Kita bisa saja mengkode laki-lakimenjadi 2 dan perempuan dengan kode 1, atau bilangaapapuasal kodenyaberbeda antara laki-laki dan perempuan. Misalnya lagi untuk agama, kita bisamengkode 1 = Islam, 2 = Kristen, 3 = Hindu, 4 = Budha dan seterusnya.
    Kita bisa menukar angka-angka tersebut, selama suatu karakteristikmemilik angka  yan berbeda  dengan  karakteristi lainnya Karen tidakmemiliki nilai instrinsik, maka angka-angk(kode-kode) yang kita berikantersebut tidak memiliki sifat sebagaimana bilangan pada umumnya. Oleh karenanya, pada variabel dengan skala nominal tidak dapat diterapkan operasimatematika  standa (aritmatik)  seperti  pengurangan penjumlahan perkalian, da lainnya Peralata statisti yan sesuai  denga skal nomina adalah peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporssepertimodus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatastatistik non- parametrik lainnya.

    2. Ordinal.
    Skala Ordinal sering disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuraselainmenunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkataobyek yangdiukur menurut karakteristitertentu. Misalnya tingkat kepuasaseseorangterhadap produk. Bisa kita berangka dengan 5 = sangat puas, 4 = puas, 3 = kurang puas, 2 = tidak puas dan 1= sangat tidak puas. Atau misalnya dalamsuatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya.
    Dalam skala ordinal, tidak sepertskala nominal, ketika kita inginmenggantangka-angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecilatau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh dibuat 1 = sangat puas, 2 = tidak puas,3 = puadan seterusnya.

    Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinaadalahmeskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak(selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dartidak puas ke kurang puas. Dengakata lain, walaupusangat puas kita beri angka 5 dasangat tidak puaskita beri angka 1, kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi dibandingkan yang sangat tidak puas.
    Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skalaordinal juga adalah peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatanstatistik non-parametrik lainnya.


    .B). Data Kuantitatif, disebut juga data yang berupa angka dalam artisebenarnyaSehingga bisa dilakukan operasi matematika. Terdiri dari dua jenis data:

    3. Interval 
    Skal interva mempunya karakteristi sepert yan dimilik olehskala nominal daordinal dengaditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanyainterval yang tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilaiintrinsik, sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan.Pengertiajarak belum merupakan kelipatan ini kadang-kadang diartikanbahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak. Misalnya pada pengukuransuhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A = 10oC, daerah B = 15oC dandaerah C = 20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih suhu daeraB, 5oC lebih panadibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan daerah adalah5oC. (Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki jarak yang tetap).
    Tetapi, kittidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali lebih panasdibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Karena dengan pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di daerah A suhunya adalah50oF, di daerah B = 59oF dan daerah C = 68oF. Artinya, denganpengukuran Fahrenheit, daerah C tidak dua kali lebih panas dibandingkan daerahA, dan interjadi karena daladerajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkandalam derajat Celcius titik nolnya pada 0. Skala interval ini sudah benar-benarangka dan, kita sudadapat menerapkasemua operasi  matematika  sertaperalatan  statistik  kecual yan berdasarkan pada rasio seperti koefisien variasi.

    4. Skala rasio.
    Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skalarasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal daskala intervalditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak iniartinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skalayang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukurasudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. 
    Pengukuran pengukuran dalaskala rasio yang seringdigunakan adalah pengukuran tinggi dan berat. Misalnya berat benda A adalah 30kg, sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka dapat dikatakan bahwa benda B duakali lebih berat dibandingkan benda A.
    Jenis jenis data yang telah dijelaskan di atas harus dipahami denganbaik karena penerapan dalam statistik akan berbeda untuk jenis data yangberbeda.



    B.    Pengenalan SPSS


    SPSS (Statistical Package for the Social Science) merupakan software statistik yang pada awalnya digunakan untuk riset dibidang sosial dan melayani berbagai jenis user. SPSS merupakan paket program statistik yang paling populer dan paling banyak digunakan di seluruh dunia. Hal inilah yang yang membuat kepanjangan SPSS saat ini adalah Statistical Product and Service Solution. Dengan SPSS semua kebutuhan pengolahan data dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Kemampuan yang dapat diperoleh dari SPSS meliputi pemrosesan segala bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi frekuensi, analisis statistik deskriptif, analisis statistik lanjut yang sederhana maupun kompleks, pembuatan grafik dan sebagainya.

    Rancangan Acak Lengkap (RAL)

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) disebut juga (Completely Randomized Design = CRD) merupakan ranncangan dasar. Semua rancangan random berpang...